Sabtu, 31 Desember 2011

Dari Dapur, Aku Ingin Berkisah


Kami berdua, berdua-duaan. Hihihi asyeek!
Dua hari tidak pernah jauh dari kompor. Ya, this time is to cooking2... horeee... Memasak banyak memberikan pengajaran bagi kita. Di dapur kecil itu, kami saling mengenal. Jauh dari yang aku bayangkan. Saat itu di hari kedua, kami hanya berdua juga. Berdua saja tak ada yang lain. Karena yang lain sedang menikmati hari tenangnya di rumah. Berbeda, Aku dan Reni memilih menikmati hari tenang di kos.
Kesurupan, sambal terung dan Kepribadian.  -_-‘
Entah apa yang terjadi. Tanggal 31 Desember di penghujung tahun 2011 itu kami seperti kesurupan. Nafsu makan tak bisa ditahan. Gila abisssss... semua makanan di lemari dingin itu ludes! Tak terkecuali pohon rambutan di sebelah kos kami ikut kena efek kesurupan. Hahahaha... ampun!
Memasak mengungkap sisi asli dari diri kita. Sisi asli yang sering berusaha untuk kita simpan. Semua seperti terlihat gamblang saat itu. Tanpa sekat sedikitpun. Wushshsh.... jetha wela-wela.
Hari pertama kami memasak sambal terung. Tau nggak? (pasti nggak tahu, hahahah). Terung yang kami masak itu akhirnya terpakai setelah hampir 3 minggu di kulkas. Weleh weleh.. nek wis kesurupan apapun jadi lah... hehehe. Dengan bumbu seadanya. Just cabe rawit 3 buah, bawang merah dan bawang putih yang kami layukan dengan di goreng. Tak ada maksud lain hanya untuk mempermudah saat dihaluskan dalam cobek. d(^_^).
 Akhirnya secobek kecil sambal terung mengobati kesurupan kami. Mungkin lebih tepatnya mengobati rindu pada masakan ibuk di rumah. Meski hanya pedas dan asin yang membalut terung goreng kami sudah cukup puas. Alhamdulillaah, kenyang..
Sekali lagi memasak banyak mengungkap sisi kepribadian kita. Bagaimana pribadi membuat keputusan dalam hidup juga bisa terbaca saat memutuskan bumbu dapur apa yang akan diambil. Pribadi yang tegas, percaya diri dan berani akan terlihat dari bagaimana dia mantab mengambil bumbu-bumbu itu dari tempatnya. Tanpa banyak bertanya dan minta pertimbangan. Pribadi yang senang menerima dan meminta pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam hidup akan terlihat saat ia bertanya kepada partner  masaknya tentang bagiamana pendapatnya jika ia mengambil bumbu sejumlah ini. Dari yang percaya diri, senang menerima masukan dari orang lain sampai peragu terlihat dengan jelas. Memasak memang mengungkap banyak sisi dari diri kita. Aku menyadarinya dan I Love it! J
Memasak juga menambah khazanah kita tentang kekhasan masakan berbagai daerah. Dari Jogja yang dominan manis sampai Kudus yang manis banget. Seperti akuuuu.. hahaha. Gak boleh protes!  (~_~)
Memasak dan Menemukan kekurangan diri
Aku ingin melakukan kegiatan yang bisa membuatku lebih menikmati hidup ini. Lebih memaknainya dan menghargainya ^^. Ini salah satunya. Memasak. Sederhana tapi sarat makna ^o^
Dalam perjalanan hidupku, aku menyadari betapa masa lalu itu ikut memberi andil dalam diriku yang sekarang. Ya Allah.. aku ingin berdamai dengan masa lalu.. masa lalu yang merindukan sosok Bapak.. Aku mencintai Bapak. Sangat cinta.. T.T
Kekeruangan diriku tak luput juga tampak dengan jelas di dapur kecil kos kami. Ternyata aku orangnya gak sabaran dan pengennya cepet. Kadang tergesa-gesa dalam mengambil keutusan seperti saat tergesa mengambil garam. Alhasil sambalnya keasinan. Bukan pengen nikah lhoooo... wkwkwkwk
Lia, belajarlah untuk menghargai tahapan dan prose. Ok-ok, kataku. (Gua lagi ngobrol sendiri, bos..! jangan protes lagi. Haha)
Dari Dapur sampai Mengingat Bapak
Kami jarang ngobrol. Setidaknya tak sesering dahulu saat aku masih kanak-kanak. Bapak di mataku adalah pahlawan. Aku merindumu, Bapak... sangat rindu.
Bapak adalah orang yang keras. Anak-anaknya sering kena marah. Allah, aku memaafkannya..
Kehidupan mengajari kita tentang banyak hal. Semua orang, siapa saja bisa menjadi guru bagi kita. Tapi semua itu masih mensyaratkan kita untuk menjadi murid yang cerdas. Yang pandai menyaring, memilih dan memilah. Allah, sayangi bapak hamba...
Semua hanya tentang komunikasi, aku yakin tak ada yang terlambat...
Allah beri kami kesempatan itu.. v.v
Berhenti bersedih dan Ayo Masak Lagi!
Yaah, ayo segera hapus duka dan mari masak kembali... \(^o^)/
Kali ini bakwan jagung dan sayur bayam bening! Pagi-pagi keringetan.  Joss poko’e.. Masakan kami dijamin sehat karena higienis dan anti MSG. Mau- mau?

Minggu, 25 Desember 2011

Harmoni


Harmoni ini begitu lembut membelai hati. Hingga tak pernah sanggup bagiku untuk menolaknya. Ini adalah tentang keterikatan. Tentang ketertautan. Tentang doa-doa yang sangat diinginkan keterkabulannya. Tentang ukhuwah. Tentang cinta.
Aku menjadi bagian dari harmoni yang berterbangan di antara harmoni-harmoni lain. Jikalau kita ingin memahami maknanya maka tanyakanlah pada seorang harmoni yang sekarang terbang begitu jauh dari harmoni-harmoni yang didekapnya dulu. Terbang bukan karena pergi atau mengubah diri namun ia hanya ingin mendekap harmoni lain di tempat yang berjarak. Sesungguhnya dia masih terikat dengan harmoni sebelumnya. Terikat oleh tali iman dan cinta. Jikalau kau inginkan makna ukhuwah maka tanyai saja harmoni itu. Kau akan menemukan keterharuan membersamainya. Doa-doa yang selalu dia panjatkan untuk keterikatan itu. Begini kalimat yang harmoni itu tuliskan untukku:

Persaudaraan itu sepenuhnya tentang rindu
Yang membuat selalu tak sabar ingin bertemu
Membuat terasa rugi jika tak berbagi..
Ini adalah tentang hati-hati yang terikat
Tentang doa-doa yang saling bertaut
Dia adalah tulus yang menjelma
Dia terasa rumit tuk diungkap
Namun nyata dalam kata sederhana
Dia dalam tuk diselami
Karna dia adalah iman yang berupa makna
Semoga Allah senantiasa mengikat hati-hati kita dalam balutan ukhuwah

Aku merindu engkau. Mendamba nasihat. Menginginkan senyum tulus dan memimpikan bertemu serta mendekapmu erat wahai murabbiyahku.. teriring doa dan harapan. Semoga Allah semakin mencintaimu..  luph U tak terkira ^^

Kamis, 22 Desember 2011

Bukan Jika Aku Menjadi

Nantikan Kisahku... ^^








Aku Meyakini bahwa Semua Kepayahan ini adalah Bukti Cinta dari Tuhanku

Allah, aku hanya ingin memejamkan mata, ingin meyakini bahwa semua ini anugerah dari-Mu. Sungguh, kepayahan ini sangat kurasakan berat. hingga sempat ingin berputus asa.

Aku hanya ingin menukar pengorbanan yang tak seberapa ini dengan kemudahan yang bisa meloloskanku dari kepayahan itu. Hanya itu. Aku berulang kali meluruskan niat. Ingin hanya meniatkan semuanya untuk merayu kemurahan dari-Mu Allah..

Rabu, 30 November 2011

Dengan mendengarkan kita dapat memahami.

Dengan mendengarkan kita dapat memahami. 

Saudaraku, aku sarankan kau pikirkan kembali pernyataan itu.
Ya Rabb, Aku akan tetap berdoa untuknya dan untuk saudara-saudara yang lain. Berdoa untuk keteguhan kaki lemah ini. Berdoa untuk kuatnya akal dalam memikirkan. Berdoa untuk tetap tegaknya punggung ini dalam mengemban kebaikan. Berdoa untuk keterikatan hati ini dalam cinta-Mu. Berdoa untuk kebaikan bersama…

Jika memang berat, maka kau bisa meletakkannya dulu. Adukan saja bebanmu itu pada Rabb Yang Maha Meringankan Beban. Jangan putus asa, saudaraku…  Aku dan barisan saudara lain siap menyokongmu. Tunjukkan bagian mana yang lemah dari dirimu untuk kami bantu menguatkan.
Kau membahasakan kelelahan dalam pernyataan itu dengan jelas sekali. Mintakan nasihat pada orang sholih yang fahim. Berinteraksi dengan saudara-saudara yang bersemangat dalam dakwah agar kau ikut tertarik dalam medan magnet kesemangat itu. Insyaallah…

Jika masalahnya terletak pada kacaunya akademik, urusan pribadi, urusan di keluarga; maka kami bisa mengerti untuk membiarkanmu mengambil waktu. Waktu untuk menyelesaikan masalah-masalah itu. Dan ketika sudah usai, kami dengan sangat rindu menunggumu kembali. Maka, utarakanlah saudaraku tentang bebanmu itu. Agar Kami dapat mengerti… Agar kami dapat membantu.

Selasa, 29 November 2011

Bukan Klise

Cerita kami diawali dengan tidak saling mengenal. kemudian Kami Akrab dan merenggang. Kemudian akrab lagi.
Sahabat, beginilah aku. Yang sering merintih perih saat Kau tak lagi bersamaku.
Ya, memang beginilah aku yang pencemburu. Hanya sekarang rupanya ada niat di dalam hati ini. untuk mengusahakan menggandeng lebih banyak kawan lagi. Tak cuma dirimu.
Sudahlah... Aku sungguh ingin berubah. Berbagi cinta. Berbagi rasa. berbagi cerita dengan hati yang lain. 

***

Mengenang masa dahulu. masa kecil bersama keluarga. Saat Aku sangat mendambakan bisa terus bersama Masku, Mas Toriq yang selalu aku sayang. Aku tidak tahu mengapa. Setiap pasang kaki kecil pasti akan selalu ingin digendongnya. Seolah ada magnet yang menarik dengan medannya yang begitu kuat. Terbukti tujuh keponakanku juga tak ubahnya dengan diriku. Dialah masku... Pahlawanku setelah Bapak. Jodoh untuk masku. itu tema hari-hariku saat ini. Aku ingin melihatnya bisa berkeluarga. Ya Rabb, dekatkan jodoh terbaik untuknya v.v

***

Aku juga ingin berbicara tentang ini. Duduk semeja makan di kantin dengan orang yang tidak Kau kenal mungkin menjemukan. Tapi tidak denganku. Kemaren aku menikmati proses perkenalan itu. semeja dengan adik angkatan di Psikologi. Lisa namanya. Berbagi cerita. Membeli stiker yang ditawarkannya. Sekarang, setiap kami bertemu kami saling menyapa berbeda dengan hari-hari sebelumnya, diam tak mengenal. Cukup dengan 15 menit bersapa-sapa di meja kotak kantin itu. Semoga bisa merubah apa yang seharusnya bisa diubah....

***

Pagi ini ada bubur ayam bersama mba Ari. heeemm, tak tahu kenapa tidak seperti bisas. bubur kali ini enak...... 
Mba Ari, mbak yang Aku sayang. Mbak yang bisa membuatku mengambil teladan. Mbak yang bersemangat! ^.^

Senin, 28 November 2011

...

Hari ini... Adalah lembaran baru bagiku
Ku disini... Karna kau yang memilihku
Tak pernah kuragu akan cintamu
Inilah diriku dengan melodi untukmu


Dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini
Bukan karna kuat dan hebatku
Semua karena cinta, semua karena cinta...
Tak mampu diriku dapat berdiri tegar, terima kasih cinta


Inilah diriku dengan melodi untukmu


Dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini
Bukan karna kuat dan hebatku
Semua karena cinta, semua karena cinta...
Tak mampu diriku dapat berdiri tegar, terima kasih cinta

Terima kasih cinta...

Senin, 21 November 2011

..


Aku mencintai semburat keemasan tiap kali kami melingkar. Semburat keemasan di waktu pagi. Pagi antara jam 6 sampai jam 7.
Pagi itu semburat keemasan menyilaukan mata namun sedap dipandang. Pertanda langit sedang cerah dan awan sangat putih menaunginya. “Aku ingin memaknai pagi ini”, kataku dalam hati.
Aku mengulang beberapa hafalan penting itu. Hafalan yang keluar tiap kali ujian di taskif hari kamis. Tapi lagi-lagi oh Kawan, Aku malu bercerita. Aku selalu tak bisa mengingat dan mengurutkannya. Mengurutkan  arkanul bai’ah dan maratibul amal. Hehehe
Materi dalam lingkaran itu banyak membuka mataku. Tentang kejamaahan. Tentang adab ijin dalam agenda jamaah. dan lain-lain

Senin, 14 November 2011

Di Rumah ini..

Merasakan nikmat berjamaah, sungguh indah..
Menerima manis, pahit dan getirnya adalah pilihan. di sini, di Fummi. di rumah yang banyak mengajari aku tentang makna bersaudara. meski aku masih jauh dari kata mengerti, sungguh aku ingin terus belajar hingga penglihatan ini tak sanggup lagi menyaksikan. hingga pendengaran ini tak sanggup lagi mendengarkan. dan hingga Allah mencukupkan bilangan usiaku.

Lebih dari sebuah organisasi. lebih dari sebuah Lembaga dakwah kampus. Fummi adalah rumah yang menyejukkan penghuninya. dan, menyejukkan mata yang menyaksikannya. itu cita-cita kita bersama.

Perjuangan untuk membeli keridhoan Allah dengan apa yang sudah kita genggam sekarang adalah harga mahal. Kenapa mahal? karena kesempatan untuk ada di sini tidak bisa kita upayakan, meski semua yang ada di langit dan bumi kita kumpulkan untuk membeli kesempatan itu dari Allah.

Membicarakan profesionalitas, aku yakin antum lebih mengerti. Namun, teori ini tak selamanya dianut oleh penghuni rumah dakwah. Karena kenyataan memang seperti ini, saudara2 yang ingin kita peluk erat kadang menguras energi kesabaran terbesar kita. kadang kita harus rela menukarnya dengan rasa capek dan kecewa. dan oleh orang2 disebutlah hal ini sebagai ketidakprofesionalan. Kita ingin selalu mengingat bahwa "Siapa yang mahamenggenggam hati?"


waallahu a'lam.
Aku hanya ingin mjd saudara terbaik di antara yang terbaik. :):)
2 menit yang lalu
Silsilia Hikmawati

Sabtu, 05 November 2011

I Love White


Cukup Dengan Warna Putih
Allaahu akbar Allaahu akbar Allahu akbar
Laailaaha illallaahu Allahu Akbar
Allaahu akbar walillaahil hamd..
Senandung takbir yang membesarkan Asma Allah itu menggema dari lisan hamba Allah yang masih belia. Aku melihat ada dua orang anak kecil yang melatunkan takbir. Adem..
Aku mencari barisan shof untuk sholat. Dapat. Aku segera menggelar sajadah merah muda dan duduk. Aku ingin banyak melihat dan sedikit berbicara.
Khayalanku tiba-tiba direnggut oleh masa. Masa yang membungkus kenangan masa kecilku di musholla al azhar. Musholla yang sangat aku rindukan. Musholla yang memberikan banyak ilmu yang masih aku ingat  sampai sekarang.
***
Musholla al azhar yang sekarang diganti nama menjadi musholla al mauidhoh itu adalah ‘turunan’ dari masjid Al azhar. Masjid terbiru satu-satunya di Desaku saat itu. Aku belajar diniyyah (istilah untuk sekolah agama sore) di sana. Bermain pada saat istirahat.
By the way, ngomongin soal bermain jadi ingat saat istirahat di masa itu adalah saat yang menyenangkan. Ya Allah, ingin kembali rasanya ke masa itu. Masa itu indah sekali. Bermain sepak bola melawan anak2 putra yang nakal. Bermain betengan. Bermain petak umpet. Nah, petak umpet ini permainan yang paling tidak akau sukai. Aku pernah dijahilin temen2 sampai aku harus menghitung (jaga) sampai lebih dari 3 kali. Hiskhiks...
Musholla kami terletak di dalam kampung, kebanyakan saat itu halaman rumah tetangga musolla masih dari tanah dan luas. Itu tempat favorit untuk bermain bagi kami. Dan saat hujan tiba, halaman rumah itu menampung air hujan sampai menggenang seperti launtan. Melihat danau di depan sekolahan kami adalah hal menyenangkan. Kami suka mainan air sampai bel berbunyi setelah sholat ashar.  Itu kisah singkat masa kecilku di musholla al azhar. Indah...
Sekolah diniyyah dan sekolah pagiku berbeda. Sangat beda. Pagi hari aku sekolah di Madrasah Ibtidaiyyah Tamrinuth thullab. Berbeda karena sekolah diniyyahku adalah basis muhammadiyah sedang Sekolah pagiku berbasis Nahdlatul Ulama’. Di dalam Keluarga besarku Hanya keluargaku yang muhammadiyah. Biru d iantara hijau :).
Konsep yang cukup membuat bingung anak seumuranku. Nahdlatul ulama’ dan Muhammadiyah. Beberapa kali aku menjadi minder saat di sekolah pagi. Karena aku berbeda dengan mereka. Sekali lagi konsep ini membuat anak seumuranku bingung. Alhamdulillah, kepala sekolahku saat itu tidak terlalu mempersoalkan warna. ”Di sini kita belajar bukan menonjolkan warna masing2”, mungkin kurang lebih seperti itu pemikiran beliau jika aku bahasakan dengan Aku yang sekarang (sudah mahasiswa).
Ya, itu dua konsep yang membuatku secara tidak sadar sulit untuk menerima perbedaan warna. Sampai aku mengenal yang akan aku ceritakan berikut ini.
Keluargaku mendapatkan menantu laki-laki. Ya, kakak perempuanku menikah dengan seorang ‘ikhwan’. Betapa cerdas beliau sampai akhirnya keluarga kami tidak benar2 biru lagi. Kakak iparku megenalkan tarbiyah lewat partai. Saat itu partai keadilan. Hal itu sontak membuat perbedaan dalam jamaah muhammadiyah, karena warga muhammadiyah dihimbau berpartai P*N.
Bapak adalah kyai di muhammadiyah. Beliau salah satu orang yang merintis jamaah itu di desa kami. Sempat terjadi konflik. Namun, kami ingin tetap damai.
***
Singkat sekali masa tiba-tiba mengembalikanku pada waktu yang berjalan sekarang. Aku tersadar dari mengenang. Ada jamaah yang baru saja datang di dekatku. Aku menjamunya dengan senyum.
Sekarang sepertinya sudah berbeda. Merasakan jauh dari mereka. Tapi aku tak pernah mengingkari aku bagian dari mereka. Bagian yang lebih luas maknanya. Aku bagian darimu. Karena kita sama2 mukim dan muslim. Sama menjalankan perintah Allah. Mengingat kembali, bahwa menjadi muslim itu menjadi kain putih. Putih saja. Biru tidak. Hijau tidak. Cukup putih. Warna putih adalah sewarna yang melambangkan aqidah kita. Warna yang melambangkan ukhuwah kita. “Sesungguhnya mukmin itu bersaudara,” bukankah begitu firman Allah??