31 Januari 2012
Untuk satu kekecewaan
hari ini, satu kata aku tak ingin mengingatnya. Sangat mungkin membuat kecewa
orang lain, diri sendiri pun berpeluang melakukan. Yah, berusaha memahami dan
memaafkan. Harapan besar tertumpu padanya. Segenap keyakinan dan keoptimisan
kami curahkan untuknya. Sungguh, sangat besar. Dan, ketika apa yang diharapkan
tak sesuai realitas beginilah jadinya.
Akhirnya aku memutuskan
kembali kepada kalam Ilahi, bahwa memaafkan adalah lebih mulia. Akan bertambah
mulia lagi jika dapat ikhlas mendoakan. Berdoa untuk keterikatannya di jalan
dakwah ini. Dengan manhaj ini. Dengan peraturan ini!
Kami pulang dengan
tangan hampa, itu ibaratnya! Emosi ini bergulat di dalam hati. Astaghfirullaahal adziim..
Napas panjang terambil
dan akhirnya dihembuskan. Cukup menenangkan, cukup menyadarkan diri bahwa tak
sepantasnya seorang muslim seperti ini. Kembalikan semuanya pada Sang Pemilik
Hati. Allah Subhanahu wata’alaa..
Aku ingin membicarakan
masalah lain, tentang sebuah tulisan seorang sahabat. Tulisannya menghembuskan
napas yang hampir sama dengan tulisanku. Napas kekecewaan. Aku membacanya.
Menghayatinya. Kemudian diri ini menginsyafi dan memahami.
Waktu terlewat dalam
selingan aktivitas harian. Masih juga terngiang-ngiang. Dan saat diri ini
menyadari, ingin sekali berkata langsung kepada sang penulis. “Kenapa tak
Engkau tarik tangannya. Kau genggam erat jemarinya. Meski ia sekuat tenaga
berusaha lepas, tarik saja. Terus tarik sampai kau tak mampu lagi memegangi!
Tulisan antum menggambarkan
kepasrahan dan tak ada ikhtiar!”. Sungguh, Akh.. Ikhtiar dahulu. Kami di sini
membantu!
Ada yang menyesak.
Pedih rasanya. Sebuah cita mempunyai barisan ikhwan rapi yang menguatkan
perjuangan ini. Cita yang tak tahu kapan Allah akan kabulkan. Aku ingat sekali!
Kami pernah memperbincangkan hal ini bersamanya! Dahulu sekitar akhir tahun
2011. Kami punya mimpi indah tentang dakwah di fakultas tercinta. Tentang
pengkaderan, tentang pewarisan, tentang estafet perjuangan.
04 Februari 2012
Selayaknya seseorang
dengan dunianya yang sempit. Aku mungkin orang itu. Aku mencari tangga.
Benar-benar mencari karena aku ingin sekali melihat dunia di luar sana.
Menemukan arti kehidupan dari orang lain, teman lain dan sahabat lain.
Kecintaan yang berlebihan ini, menakutiku. Aku takut kalau-kalau suatu saat
justru berbalik perasaanku.
Untuk semua yang telah
lalu, aku menyimpan indah jejak perjuangan merah saga darimu, sahabat-sahabatku
di jalan dakwah. Untuk semua luka yang Aku ataupun Kau goreskan, aku telah
menghapusnyaJ.
Pun Aku sangat berharap engkau yang lebih rela menghapus goresanku yang lebih
banyak ku torehkan. Dan kini, Aku ingin membuka lembaran baru kisah kita. Dengan
semangat baru!