Jumat, 03 Februari 2012

Dinamika


31 Januari 2012
Untuk satu kekecewaan hari ini, satu kata aku tak ingin mengingatnya. Sangat mungkin membuat kecewa orang lain, diri sendiri pun berpeluang melakukan. Yah, berusaha memahami dan memaafkan. Harapan besar tertumpu padanya. Segenap keyakinan dan keoptimisan kami curahkan untuknya. Sungguh, sangat besar. Dan, ketika apa yang diharapkan tak sesuai realitas beginilah jadinya.
Akhirnya aku memutuskan kembali kepada kalam Ilahi, bahwa memaafkan adalah lebih mulia. Akan bertambah mulia lagi jika dapat ikhlas mendoakan. Berdoa untuk keterikatannya di jalan dakwah ini. Dengan manhaj ini. Dengan peraturan ini!
Kami pulang dengan tangan hampa, itu ibaratnya! Emosi ini bergulat di dalam hati. Astaghfirullaahal adziim..
Napas panjang terambil dan akhirnya dihembuskan. Cukup menenangkan, cukup menyadarkan diri bahwa tak sepantasnya seorang muslim seperti ini. Kembalikan semuanya pada Sang Pemilik Hati. Allah Subhanahu wata’alaa..
Aku ingin membicarakan masalah lain, tentang sebuah tulisan seorang sahabat. Tulisannya menghembuskan napas yang hampir sama dengan tulisanku. Napas kekecewaan. Aku membacanya. Menghayatinya. Kemudian diri ini menginsyafi dan memahami.
Waktu terlewat dalam selingan aktivitas harian. Masih juga terngiang-ngiang. Dan saat diri ini menyadari, ingin sekali berkata langsung kepada sang penulis. “Kenapa tak Engkau tarik tangannya. Kau genggam erat jemarinya. Meski ia sekuat tenaga berusaha lepas, tarik saja. Terus tarik sampai kau tak mampu lagi memegangi! Tulisan antum menggambarkan kepasrahan dan tak ada ikhtiar!”. Sungguh, Akh.. Ikhtiar dahulu. Kami di sini membantu!
Ada yang menyesak. Pedih rasanya. Sebuah cita mempunyai barisan ikhwan rapi yang menguatkan perjuangan ini. Cita yang tak tahu kapan Allah akan kabulkan. Aku ingat sekali! Kami pernah memperbincangkan hal ini bersamanya! Dahulu sekitar akhir tahun 2011. Kami punya mimpi indah tentang dakwah di fakultas tercinta. Tentang pengkaderan, tentang pewarisan, tentang estafet perjuangan.
04 Februari 2012
Selayaknya seseorang dengan dunianya yang sempit. Aku mungkin orang itu. Aku mencari tangga. Benar-benar mencari karena aku ingin sekali melihat dunia di luar sana. Menemukan arti kehidupan dari orang lain, teman lain dan sahabat lain. Kecintaan yang berlebihan ini, menakutiku. Aku takut kalau-kalau suatu saat justru berbalik perasaanku.
Untuk semua yang telah lalu, aku menyimpan indah jejak perjuangan merah saga darimu, sahabat-sahabatku di jalan dakwah. Untuk semua luka yang Aku ataupun Kau goreskan, aku telah menghapusnyaJ. Pun Aku sangat berharap engkau yang lebih rela menghapus goresanku yang lebih banyak ku torehkan. Dan kini, Aku ingin membuka lembaran baru kisah kita. Dengan semangat baru!