Bismillaah..
Hari ini indah, Kawan!
Semua berawal dari pagiku.
Pagi di hari Rabu tanggal
18 Januari 2012 ini aku merencanakan untuk pulang dan lagi-lagi aku ingin
dijemput lagi (hehe). Sebenarnya sudah ada firasat, kayaknya ada yang
mengganjal. Ternyata benar.
Ada
Ganjalan
Ganjalan pertama, si Abang
gak pake motor yang biasanya. Wew, malah pake motor yang penuh atribut partai
(hahahaha). Kasian nian tuh motor. Jadi ‘korban’ kampanye tahun 2009 saat
pemilihan presiden. Tau sendirilah ada berapa banyak ponakanku. Masing-masing
memegang satu stiker warna keemasan dengan 2 bulan sabit yang dipisah setangkai
padi. Masyaallah... Stiker itu mendarat di semua sisi dan semua sudut yang
kosong dan berpotensi untuk dilihat mata. Wew! Alhasil motor ini benar-benar
ikut andil dalam syiar partai.
Weleh-weleh.. (-_-)’
Ganjalan Kedua, setelah
motor meluncur beberapa kilo si Abang cerita tuh kalo rantai motornya lepas 2
kali saat tanjakan ke Trankil. Superr sekali. Untung pas aku gak lagi mbonceng
(wkwkwk). Kami yang biasanya berlari sekencang kuda, hari ini tiba-tiba
mendadak sekencang--apa ya? Aku bingung menggambarkan kecepatan kami.
<(^_^)>
Itu
paginya. Ini siangnya....
Seolah memenuhi kerinduan
akan saudara dan sahabat lama. Setelah sarapan dan berbincang dengan ortu aku
segera menuju ke rumah tempat ponakan-ponakanku bebas mengekspresikan
kekonyolan mereka. Di rumah mbak Umi. Mbak pertamaku. Waktu kami lalui dengan
berdiskusi dan aku menceritakan kehidupan kampusku. Ada satu hal yang sangat
berkesan dari diskusi kami. “Rezeki itu dari Allah dan mungkin saja orang-orang
terdekat di sekitar kita itu sebagai lantarannya. Tak perlu menjadikan proses
lantaran itu sebagai hal yang menjadikan kita bersikap condong”. Okelah, pasti
yang baca ini agak gak mudeng. Gak papa ^^
Belum sempat jeda setengah
jam aku mengobati rindu dengan sahabat lama sejak kecil. Kami seolah sudah
bersepakat dan tangan kami seirama untuk saling menggandeng dan banyak cerita
yang dikisahkan dek Silvi saat itu.
Memancing
bersama Etong \(^.^)/
Hal yang sudah lamaaaa
sekali tidak kami kerjakan. Memancing di kali belakang rumah. Itu hoby Etong
sejak kecil dan aku hanya ikut-ikutan saja. Untuk siang ini pun sama aku
menjadi penonton dan membantu menarik kenur yang tersangkut di tanaman kali.
Kami banyak bercerita. Bernostalgia dan akulah yang paling cerewettt.
Aku juga sangat tahu kalau
hoby ini berlanjut saat Etong belajar di Negeri dekat sungai Nil itu. Katanya
di sana ikannya besar-besar.
Adzan berbunyi dan kami
memutuskan membungkus siang dengan senyuman. Ada dua ikan besar dan sisanya
ikan kecil (hehehe). Aku yang membawanya pulang.
Lanjut
ya... Sekarang Malamnya!
Kami duduk di teras depan.
Hanya berdua karena yang lain sedang pergi. Aku dan Etong lagi. Kami berkisah
mengenai kehidupan kampus. Awalnya aku yang bercerita tentang Semarang.
Kemudian dia yang melanjutkan cerita. Dari mulai Solo sampai Sudan.
Kami terpingkal-pingkal
saat Etong bercerita tentang toilet asrama, tentang pekerja kebersihan dan
tragedi lari-lari untuk mencari kamar mandi yang bersih. Aku seperti ikut
terbawa di lokasi cerita.
Ada 21 kamar di
masing-masing lantai. Ada 3 lantai di asrama itu. Setiap kamar dihuni 8 orang
dan hanya ada 4 kamar mandi di setiap lantai. Itupun belum tentu keempatnya
berfungsi semua. Weew... knp jadi cerita tentang kamar mandi ya? (O_o)
Adzan isya’ mengakhiri
kebersamaan. Inilah yang sangat aku rindukan sejak dulu.. bersama Etong Kecil.
Bedua saja^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar