Rabu, 18 Januari 2012

18 Jan 2012


Bismillaah..
Hari ini indah, Kawan! Semua berawal dari pagiku.
Pagi di hari Rabu tanggal 18 Januari 2012 ini aku merencanakan untuk pulang dan lagi-lagi aku ingin dijemput lagi (hehe). Sebenarnya sudah ada firasat, kayaknya ada yang mengganjal. Ternyata benar.

Ada Ganjalan
Ganjalan pertama, si Abang gak pake motor yang biasanya. Wew, malah pake motor yang penuh atribut partai (hahahaha). Kasian nian tuh motor. Jadi ‘korban’ kampanye tahun 2009 saat pemilihan presiden. Tau sendirilah ada berapa banyak ponakanku. Masing-masing memegang satu stiker warna keemasan dengan 2 bulan sabit yang dipisah setangkai padi. Masyaallah... Stiker itu mendarat di semua sisi dan semua sudut yang kosong dan berpotensi untuk dilihat mata. Wew! Alhasil motor ini benar-benar ikut andil dalam syiar partai. Weleh-weleh.. (-_-)’
Ganjalan Kedua, setelah motor meluncur beberapa kilo si Abang cerita tuh kalo rantai motornya lepas 2 kali saat tanjakan ke Trankil. Superr sekali. Untung pas aku gak lagi mbonceng (wkwkwk). Kami yang biasanya berlari sekencang kuda, hari ini tiba-tiba mendadak sekencang--apa ya? Aku bingung menggambarkan kecepatan kami. <(^_^)>

Itu paginya. Ini siangnya....
Seolah memenuhi kerinduan akan saudara dan sahabat lama. Setelah sarapan dan berbincang dengan ortu aku segera menuju ke rumah tempat ponakan-ponakanku bebas mengekspresikan kekonyolan mereka. Di rumah mbak Umi. Mbak pertamaku. Waktu kami lalui dengan berdiskusi dan aku menceritakan kehidupan kampusku. Ada satu hal yang sangat berkesan dari diskusi kami. “Rezeki itu dari Allah dan mungkin saja orang-orang terdekat di sekitar kita itu sebagai lantarannya. Tak perlu menjadikan proses lantaran itu sebagai hal yang menjadikan kita bersikap condong”. Okelah, pasti yang baca ini agak gak mudeng. Gak papa ^^
Belum sempat jeda setengah jam aku mengobati rindu dengan sahabat lama sejak kecil. Kami seolah sudah bersepakat dan tangan kami seirama untuk saling menggandeng dan banyak cerita yang dikisahkan dek Silvi saat itu.

Memancing bersama Etong \(^.^)/
Hal yang sudah lamaaaa sekali tidak kami kerjakan. Memancing di kali belakang rumah. Itu hoby Etong sejak kecil dan aku hanya ikut-ikutan saja. Untuk siang ini pun sama aku menjadi penonton dan membantu menarik kenur yang tersangkut di tanaman kali. Kami banyak bercerita. Bernostalgia dan akulah yang paling cerewettt.
Aku juga sangat tahu kalau hoby ini berlanjut saat Etong belajar di Negeri dekat sungai Nil itu. Katanya di sana ikannya besar-besar.
Adzan berbunyi dan kami memutuskan membungkus siang dengan senyuman. Ada dua ikan besar dan sisanya ikan kecil (hehehe). Aku yang membawanya pulang.

Lanjut ya... Sekarang Malamnya!
Kami duduk di teras depan. Hanya berdua karena yang lain sedang pergi. Aku dan Etong lagi. Kami berkisah mengenai kehidupan kampus. Awalnya aku yang bercerita tentang Semarang. Kemudian dia yang melanjutkan cerita. Dari mulai Solo sampai Sudan.
Kami terpingkal-pingkal saat Etong bercerita tentang toilet asrama, tentang pekerja kebersihan dan tragedi lari-lari untuk mencari kamar mandi yang bersih. Aku seperti ikut terbawa di lokasi cerita.
Ada 21 kamar di masing-masing lantai. Ada 3 lantai di asrama itu. Setiap kamar dihuni 8 orang dan hanya ada 4 kamar mandi di setiap lantai. Itupun belum tentu keempatnya berfungsi semua. Weew... knp jadi cerita tentang kamar mandi ya? (O_o)
Adzan isya’ mengakhiri kebersamaan. Inilah yang sangat aku rindukan sejak dulu.. bersama Etong Kecil. Bedua saja^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar